Masya Alloh, Cantiknya! Barokallohu Fiik
Allah Ta’ala telah banyak sekali memberikan nikmatnya kepada kita. Saking banyaknya nikmat tersebut sehingga Allah Ta’ala menjelaskan bahwasannya nikmat tersebut tidak akan mampu untuk dihitung. Untuk itulah hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah Ta’ala, baik dengan lisan, hati bahkan anggota tubuh kita. Diantara nikmat yang harus kita syukuri adalah mempunyai mata yang bisa melihat. Karena dengan melihat, terkadang seseorang bisa tertawa dan menangis, bisa bahagia dan sedih, bahkan bisa mendapatkan pahala dan dosa. Karena itulah hendaknya kita selalu mengingat tujuan hidup kita yaitu untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Seyogyanya kita bisa menjadikan nikmat mata bisa melihat, mampu kita gunakan untuk beribadah. Yaitu menggunakannya sesuai dengan adab-adab yang telah ditentukan oleh Syariat.
Diantara adab tersebut adalah disaat seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan dirinya hendaknya dia mengkaitkannya dengan kekuasaan Allah Ta’ala dan mendoakannya dengan keberkahan. Meskipun ketakjubannya itu pada dirinya sendiri maupun hartanya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila salah seorang diantara kalian melihat sesuatu yang menakjubkannya, pada dirinya atau hartanya hendaknya ia mendoakan keberkahan untuknya. Karena sesungguhnya ‘Ain (sakit yang disebabkan karena pandangan) itu benar (kenyataan). (HR. Ibnu Sunni, Ahmad, Al Hakim. Hadits hasan.)
Ada dua kisah menarik terkait dengan hal tersebut; pertama, sebuah kisah yang disampaikan oleh Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif Radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita ; Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernama Amir bin Rabi’ah Radhiyallahu ‘anhu pernah melihat Sahl bin Hunaif Radhiyallahu ‘anhu sedang mandi. Iapun takjub dengan kulit Sahl yang begitu putih dan halus. Kemudian ia berkomentar: “Demi Allah! Saya belum pernah melihat pemandangan seperti hari ini, (yaitu) melihat kulit yang sangat bagus. tiba-tiba Sahl langsung terpelanting dan tidak sadarkan diri. Setelah kejadian tersebut, ada yang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: “Wahai Rasulullah! Menurut anda apa yang terjadi dengan Sahl bin Hunaif. Demi Allah! Dia tidak mampu mengangkat kepalanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Apakah kalian mencurigai seseorang? Mereka menjawab: Ya, kami mencurigai ‘Amir bin Rabi’ah. Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil ‘Amir kemudian memarahinya sambil bersabda: “Atas dasar apa kalian hendak membunuh saudaranya? Kenapa kalian tidak mendoakannya saja dengan keberkahan? Mandilah (berwudhulah) untuknya! ‘Amir kemudian membasahi wajahnya, tangannya, kedua sikunya dan dua mata kakinya beserta ujung-ujung kakinya. Beliau juga memasukkan kain sarung kedalam bejana yang ada airnya. Setelah itu airnya digunakan oleh Sahl dan akhirnya Sahl pulih kembali seperti biasa lalu bergaul lagi dengan yang lain seperti tak terkena apapun. Dalam riwayat yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sabda kepada ‘Amir bin Rabi’ah : “Sesungguhnya ‘Ain itu benar adanya, berwudhulah untuknya.”
Ibnu Hajar Rahimahullah berkomentar tentang kisah tersebut: “Sesungguhnya ‘Ain itu bisa terjadi berawal dari rasa takjub meskipun tidak hasad, bahkan dari pandangan orang yang sayang dan shaleh. Untuk itulah hendaknya segera mendoakannya dengan keberkahan ketika melihat sesuatu yang manakjubkan dirinya.
Kisah kedua, yaitu kisahnya dua pemilik kebun yang yang satu mukmin dan yang satu kafir. Kisah ini terdapat dalam QS. Al Kahfi 32 – 43;
“ Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki. Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu. Dan Dia mempunyai kekayaan besar, Maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: “Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat”. Dan Dia memasuki kebunnya sedang Dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”. Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya – sedang Dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku..Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “MASYA ALLOH LA QUWWATA ILLA BILLAH” (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan. Maka Mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan Mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin. Atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, Maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi”. Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan Dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku”. Dan tidak ada bagi Dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya. Di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang hak. Dia adalah Sebaik-baik pemberi pahala dan Sebaik-baik pemberi balasan”
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: “Berdasarkan ayat-ayat tersebut, sebagian ulama’ berpendapat: “Barangsiapa melihat sesuatu yang menakjubkan dirinya tentang keadaannya atau hartanya atau anaknya hendaknya ia mengucapkan “MASYA ALLOH LAQUWWATA ILLA BILLAH” (Tafsir Ibnu Katsir Juz 3 cetakan Darul Faikho’)
Syaikh Al Utsaimin Rahimahullah berkata: “Ada sebuah atsar yang menyebutkan; “Barangsiapa melihat sesuatu yang menakjubkan dari hartanya, kemudian dia mengucapkan “Masya Alloh! La Quwwata Illah Billah, niscaya hartanya tidak akan terkena bahaya apapun.” Beliau juga berkata: “Ketika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkannya dan ia khawatir terhadap pengaruh pandangan yang hasad, hendaknya ia mengucapkan: “Masya Alloh! Tabarokallohu” sehingga orang yang dilihat tidak terkena ‘Ain
Pelajaran Penting
Berdasarkan kedua kisah tersebut bisa diambil kesimpulan bahwasannya saat seseorang melihat dengan matanya sesuatu yang menakjubkannya hendaknya dia melakukan dua hal penting yaitu
- Mendoakan dengan keberkahan yaitu dengan kalimat “BAROKALLOHU FIIKA” atau “BAROKALLOHU LAKA” atau “TABAROKALLOHU ‘ALAIK” (Semoga Alloh memberkahimu) atau dengan kalimat yang semakna
- Mengkaitkannya dengan kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala yaitu dengan kalimat “MASYA ALLOH! LA QUWWATA ILLA BILLAH” (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) atau dengan kalimat yang semakna
Tag:Fiqh Adab